Produk dan ragam batik Indonesia telah menjadi industri penting dalam pertekstilan, garment, fashion, seni dekoratif dan kerajinan. Ekspor batik ke beberapa negara seperti AS, Australia, Kanada, Irlandia, Inggris, Jepang, UEA, Singapura, Spanyol, Denmark, Perancis Belgia, Taiwan, Meksiko dan Italia.
Batik Indonesia telah dikategorikan sebagai warisan budaya takbenda (intangible cultural heritage) oleh UNESCO, dan telah diratifikasi melalui Keputusan Presiden Nomor 78 tahun 2007 tentang ratifikasi Konvensi UNESCO.
Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengatakan batik dari Jawa Tengah, terutama Solo,sangat kaya warisan budaya dari pola desain dan kerajaan atau kombinasi lainnya budaya dan seni. Batik dari Jawa Tengah telah diekspor ke AS, Swedia, Jerman, Uni Emirat, dan Perancis. "Setidaknya ada 3.400 desain batik di Solo. Pemerintah Kota Solo hingga 2008 telah mematenkan sekitar 900 desain batik.
Bahan Baku
Kebutuhan dasar untuk produksi batik terutama dari mori (Katun). Katun berbahan kapas telah digunakan karena biaya rendah dan relatif mudah untuk digunakan dan diproses. Kualitas (mutu) Batik akan diklasifikasikan berdasar desain proses dan jenis kain yang digunakan. Ada tiga jenis katun produk lokal maupun impor dari negara lain yang digunakan sebagai bahan yaitu Mori primisima, adalah katun berkualitas yang digunakan batik tulis tangan dan tidak pernah digunakan untuk batik cap. Kedua adalah Mori Prima, dengan bahan kapas yang kurang baik digunakan untuk batik tulis tangan atau batik cap. Ketiga, Mori biru, adalah dari kain berbahan kapas yang digunakan untuk batik berkualitas rendah. Ini tidak digunakan untuk batik tulis tangan.
Sedangkan pada Batik modern untuk bahan yang digunakan berkembang pada media seperti: Sutra, Shantung, Wol, Polyester, Linen, Rayon, dan banyak lainnya.
Sedang untuk kerajinan Batik bahan yang digunakan umumnya adalah: kayu, Keramik, Kulit, dan perak (Silver).
Kebutuhan dasar untuk produksi batik terutama dari mori (Katun). Katun berbahan kapas telah digunakan karena biaya rendah dan relatif mudah untuk digunakan dan diproses. Kualitas (mutu) Batik akan diklasifikasikan berdasar desain proses dan jenis kain yang digunakan. Ada tiga jenis katun produk lokal maupun impor dari negara lain yang digunakan sebagai bahan yaitu Mori primisima, adalah katun berkualitas yang digunakan batik tulis tangan dan tidak pernah digunakan untuk batik cap. Kedua adalah Mori Prima, dengan bahan kapas yang kurang baik digunakan untuk batik tulis tangan atau batik cap. Ketiga, Mori biru, adalah dari kain berbahan kapas yang digunakan untuk batik berkualitas rendah. Ini tidak digunakan untuk batik tulis tangan.
Sedangkan pada Batik modern untuk bahan yang digunakan berkembang pada media seperti: Sutra, Shantung, Wol, Polyester, Linen, Rayon, dan banyak lainnya.
Sedang untuk kerajinan Batik bahan yang digunakan umumnya adalah: kayu, Keramik, Kulit, dan perak (Silver).
Motif Batik Kontemporer dan Pola Fashion
Seiring dengan perkembangan modernisasi dan globalisasi, motif dan pola batik telah berkembang menjadi sebuah seni lebih kontemporer. Seni dan motif batik tradisional telah memberikan inspirasi tidak hanya untuk seniman dan desainer lokal tetapi juga untuk mereka yang tinggal di luar Indonesia seperti Eropa, Amerika Serikat, Jepang, dll. Dengan semangat ini, para desainer Indonesia bekerja sama dengan seniman batik tradisional dan pengrajin lokal untuk menghasilkan motif yang berbeda dan eksklusif yang dimodifikasi dari pola dan motif lama batik tradisional. Hasil pencampuran dua atau lebih motif tradisional menjadi bentuk desain kontemporer batik.
Beberapa desainer mengakui kesulitan dalam menerjemahkan ide-ide modern mereka kepada para seniman tradisional untuk menghasilkan motif kontemporer.
Seiring dengan perkembangan modernisasi dan globalisasi, motif dan pola batik telah berkembang menjadi sebuah seni lebih kontemporer. Seni dan motif batik tradisional telah memberikan inspirasi tidak hanya untuk seniman dan desainer lokal tetapi juga untuk mereka yang tinggal di luar Indonesia seperti Eropa, Amerika Serikat, Jepang, dll. Dengan semangat ini, para desainer Indonesia bekerja sama dengan seniman batik tradisional dan pengrajin lokal untuk menghasilkan motif yang berbeda dan eksklusif yang dimodifikasi dari pola dan motif lama batik tradisional. Hasil pencampuran dua atau lebih motif tradisional menjadi bentuk desain kontemporer batik.
Beberapa desainer mengakui kesulitan dalam menerjemahkan ide-ide modern mereka kepada para seniman tradisional untuk menghasilkan motif kontemporer.
Seniman batik tradisional memiliki dedikasi lama dan sepanjang hidupnya dalam menggeluti motif tradisional. Namun, seiring waktu ini seniman tradisional batik, kini dapat dengan baik bekerja sama dengan desainer, telah berhasil memproduksi pola dan motif batik baru yang lebih cantik, menarik dan inovatif untuk memenuhi kebutuhan pasar dan trend batik modern saat ini.
Beberapa desainer bekerja sama dengan seniman batik benar-benar telah menciptakan pola dan motif Batik baru, yang sebagian besar dipengaruhi oleh desain suku dari daerah terpencil seperti Irian Jaya dan Kalimantan. Penemuan eksotis telah diterima dengan baik oleh semua lapisan masyarakat di Indonesia dan luar negeri.
Beberapa desainer bekerja sama dengan seniman batik benar-benar telah menciptakan pola dan motif Batik baru, yang sebagian besar dipengaruhi oleh desain suku dari daerah terpencil seperti Irian Jaya dan Kalimantan. Penemuan eksotis telah diterima dengan baik oleh semua lapisan masyarakat di Indonesia dan luar negeri.
Sebagai contoh desainer kelas dunia seperti Diane Furstenberg,telah lama terinspirasi oleh keindahan Pulau Bali dan hasil seni, sehingga dalam koleksinya untuk Spring Summer 2008 menggunakan motif batik yang dicampur ke dalam desain linear dan minimalis.
Pada mulanya Meskipun batik dianggap sebagai salah satu warisan budaya Indonesia, di mata generasi muda penggunaan batik fashion lebih diperuntukkan untuk segmentasi generasi yang lebih tua. Hingga kemudian pada awal tahun 2008 telah menyaksikan kebangkitan popularitas Batik yang telah menjadi tren baru bagi rakyat beragam usia dan tingkatan ekonomi. Produsen batik mengklaim bahwa penjualannya telah meningkat hingga lebih dari 30%. Apresiasi rakyat terhadap batik telah meningkat. Batik menjadi lebih populer dan modis, terutama di kota besar seperti Jakarta, Bandung dan Surabaya dimana lebih banyak orang muda yang antusias mengenakan batik pada kesempatan yang berbeda dan bahkan
acara-acara penting.
Pada mulanya Meskipun batik dianggap sebagai salah satu warisan budaya Indonesia, di mata generasi muda penggunaan batik fashion lebih diperuntukkan untuk segmentasi generasi yang lebih tua. Hingga kemudian pada awal tahun 2008 telah menyaksikan kebangkitan popularitas Batik yang telah menjadi tren baru bagi rakyat beragam usia dan tingkatan ekonomi. Produsen batik mengklaim bahwa penjualannya telah meningkat hingga lebih dari 30%. Apresiasi rakyat terhadap batik telah meningkat. Batik menjadi lebih populer dan modis, terutama di kota besar seperti Jakarta, Bandung dan Surabaya dimana lebih banyak orang muda yang antusias mengenakan batik pada kesempatan yang berbeda dan bahkan
acara-acara penting.
Selain digunakan sebagai busana dewasa, Batik Indonesia juga telah dibuat untuk pakaian bayi, yang telah diekspor ke beberapa negara seperti AS, Australia, Kanada, Irlandia, Inggris, Jepang, UEA, Singapura, Spanyol, Denmark, Perancis, Belgia, Taiwan, Meksiko dan Italia.
Industri Batik Indonesia dalam perdagangan Dunia
Batik telah berkembang menjadi industri penting yang memberikan kontribusi cukup terhadap pendapatan Indonesia melalui ekspor. Pemerintah menargetkan untuk meningkatkan pendapatan tersebut sebagai pendapatan ekspor sektor non-migas. Batik dianggap sebagai industri padat karya, dan menurut data yang dikumpulkan dari Biro Statistik Indonesia, Departemen Perindustrian, dan Asosiasi Pertekstilan Indonesia, ada sekitar 792.300 orang bekerja di industri kecil dan menengah dan 5.051 orang yang bekerja di industri besar. Sampai dengan tahun 2006, ada sekitar 48.300 unit industri kecil batik, sedangkan industri besar adalah 17 unit, sehingga total jumlah industri batik adalah sebesar 48.317 unit industri.
Ekspor produk batik telah meningkat sejak tahun 2003. Ekspor batik oleh industri kecil pada tahun 2004 naik menjadi US $ 99.275.000, sementara pada tahun 2005 meningkat menjadi US $ 104.500.000 dan pada tahun 2006 adalah US $ 110.000.000. Ekspor sprei batik, mantel pria dan wanita dan jenis lainnya telah meningkat dari USD 11.793.744 pada tahun 2003 menjadi USD 29.975.580 pada tahun 2007. Bahan baku yang dipakai kebanyakan dari kain cotton, sintetis, dan fiber untuk kebutuhan mantel/jas hujan.
Batik telah berkembang menjadi industri penting yang memberikan kontribusi cukup terhadap pendapatan Indonesia melalui ekspor. Pemerintah menargetkan untuk meningkatkan pendapatan tersebut sebagai pendapatan ekspor sektor non-migas. Batik dianggap sebagai industri padat karya, dan menurut data yang dikumpulkan dari Biro Statistik Indonesia, Departemen Perindustrian, dan Asosiasi Pertekstilan Indonesia, ada sekitar 792.300 orang bekerja di industri kecil dan menengah dan 5.051 orang yang bekerja di industri besar. Sampai dengan tahun 2006, ada sekitar 48.300 unit industri kecil batik, sedangkan industri besar adalah 17 unit, sehingga total jumlah industri batik adalah sebesar 48.317 unit industri.
Ekspor produk batik telah meningkat sejak tahun 2003. Ekspor batik oleh industri kecil pada tahun 2004 naik menjadi US $ 99.275.000, sementara pada tahun 2005 meningkat menjadi US $ 104.500.000 dan pada tahun 2006 adalah US $ 110.000.000. Ekspor sprei batik, mantel pria dan wanita dan jenis lainnya telah meningkat dari USD 11.793.744 pada tahun 2003 menjadi USD 29.975.580 pada tahun 2007. Bahan baku yang dipakai kebanyakan dari kain cotton, sintetis, dan fiber untuk kebutuhan mantel/jas hujan.
Dewasa ini desain dan motif batik telah dijadikan sebagai inovasi dekorasi yang dapat ditemui pada mobil, kereta api, pesawat terbang dan sepeda motor. Trend penggunaan batik ini juga telah mengangkat produk lokal lainnya untuk turut digunakan dalam busana keseharian seperti kain palekat (lebih dikenal dengan motif kain sarung yang dijadikan baju), kain tenun atau kain lurik yang pada gilirannya mendukung dan mendongkrak "popularitas" batik di mata dunia. Dengan dikenalnya batik sebagai warisan budaya dunia dan secara nyata telah diterima masyarakat dunia maka sudah sepatutnya batik Indonesia mampu meningkatkan pendapatan ekonomi bagi para pengusaha, pengrajin / tenaga kerja, dan seniman/desainer batik dalam perdagangan nasional dan internasional.
Baca juga berita sejenis tentang batik pada tautan berikut :
http://www.pekalongankab.go.id/fasilitas-web/berita/berita-lokal/2389-limbah-daun-bambu-dimanfaatkan-untuk-pewarna-batik-atbm.html
http://www.pekalongankab.go.id/fasilitas-web/berita/berita-lokal/2258-bupati-hadiri-penandatanganan-mou-bni-paguyuban-kampoeng-batik.html
http://www.pekalongankab.go.id/fasilitas-web/berita/berita-lokal/1760-pemenang-ajang-anugerah-putra-putri-batik-pantura-2012-.html
http://www.pekalongankab.go.id/fasilitas-web/artikel/sosial-budaya/994-desain-batik-ada-di-kereta-api-dan-pesawat-terbang-segera-menyusul.html
http://www.pekalongankab.go.id/fasilitas-web/berita/berita-lokal/2258-bupati-hadiri-penandatanganan-mou-bni-paguyuban-kampoeng-batik.html
http://www.pekalongankab.go.id/fasilitas-web/berita/berita-lokal/1760-pemenang-ajang-anugerah-putra-putri-batik-pantura-2012-.html
http://www.pekalongankab.go.id/fasilitas-web/artikel/sosial-budaya/994-desain-batik-ada-di-kereta-api-dan-pesawat-terbang-segera-menyusul.html
0 komentar:
Post a Comment